#4 Is strong = being powerful?

image source: http://www.inspirationalquoteslog.com
Setiap orang pasti pernah mengalami titik terendah dalam hidup. Kan katanya roda itu berputar, kadang di atas, sering juga di bawah. Semua orang pernah sakit hati, sedih, sakit, patah hati, nangis bombay dan merasa hidup rasanya mau kiamat. Kalo ada yg sama sekali belum pernah ngerasain satupun dari yg saya tulis di kalimat sebelumnya, mungkin perlu berjemur di matahari. Siapa tahu vampir, wong gak punya soul dan hati. Lha vampir jaman sekarang aja lebih menye-menye soal perasaan dari manusia. Masa manusia beneran kalah sama vampir?

Ketika sedang berada di titik terendah dalam hidup, nasihat yang sering kita dengar ataupun kita doktrin ke diri sendiri adalah: stay strong. Coba kalo ada keluarga yang meninggal, ada gitu yg sms atau bilang: "selamat yaaa..","be happy", atau lebih parah, "akhirnya yaaa.." (mulai kebanyakan nonton film psikopat). Yang ada biasanya: "yang tabah ya..", "yang kuat ya.."
Sebetulnya, yang kuat itu kayak gimana sih? Banyak yg mikir kalo kekuatan itu harus ditunjukkan dengan otot, atau ketiadaan emosi. Air mata sering dikaitkan dengan kelemahan. Apa iya begitu? Gak tau juga ya pendapat orang. Tapi sebagai orang yang cukup punya jam terbang di area sedih, nelangsa, sakit hati, dan patah hati, saya berpendapat bahwa kuat itu bukan berarti gak punya emosi. Kuat versi saya itu, tau kapan harus menangis, tau kapan harus berhenti. Ketika orang tua saya meninggal, banyak yang bilang saya dingin karena jarang yang melihat saya berderaian air mata. Bukan sok kuat, tapi saat itu saya harus mengurus banyak hal untuk kremasi, dan juga memastikan tamu-tamu yang datang disambut dengan baik. Kalo saya sibuk gerung-gerung sambil semaput tiap dua detik, kan ya rempong banget. Belum lagi males ngangkatnya karena berat. Kan saya juga gak perlu lapor kalo saya menangis juga tengah malam ketika semua orang sudah tidur, karena memang baru bisa sempet duduk diam dan ngerasa kalo nelangsa juga ya gak punya orang tua. Saya gak ngumpet atau jaim biar dianggap kuat kok. Saya cengeng dan bangga. Cuma kan ya gak perlu cengeng tiap detik. Ketika sahabat dan soulmate saya meninggal mendadak, emang ada meninggal dijadwal? beraaaat betul untuk rela melepasnya. Walaupun saya rela, tetep saya butuh waktu 3 hari untuk menangisinya. Apa saya malu? Nggak tuh. Kalo memang harus sedih, ya sedih aja. Sedih kan manusiawi. Kalo senang terus, mungkin sakit jiwa. Ketawa nonstop soalnya. Serem kan? Gak perlu pasang muka tegar atau update status kalo kita kuat dan tegar. Akui aja dengan lapang dada kalo kita sedih dan jatuh. Tapi lalu bangkit dan jalanilah hidup dengan kepala terangkat. Move on butuh waktu kok. Santai aja. Gak usah ditarget seakan kena penalti kalo gak bisa move on dalam waktu yg ditetapkan. Tapi ya jangan meloledung (baca: mellow) selama tujuh tahun nonstop. Capek dengernya. Yang hidupnya merana gak cuma situ kalessss..

Intinya sih, take your time, cry your heart out if you need it, but then rise and shine. Seperti kata Bob Moore yang dikutip banyak orang:

“My strength did not come from lifting weights. My strength came from lifting myself up when I was knocked down.”

Share:

0 komentar