#10 The story behind the tattoo


Punya tato itu gampang-gampang susah. Bukan karena tingkat kesulitan proses dan sebangsanya, tapi lebih karena implikasi dari kepemilikan tato itu sendiri. Walaupun sekarang makin banyak orang yang bertato (lintas gender, usia, tingkat pendidikan, dan profesi), tetapi predikat dan label yang melekat di pribadi yang bertato itu tidak banyak bergeser. Misalnya, gak sedikit orang yang masih melihat tato sebagai sesuatu yg negatif. Semacam lambang pemberontakan yang keluar jalur, berandalan, anak gak bener, dan sebagainya. Walaupun, gak sedikit juga yang mulai melihat tato sebagai sesuatu yang indah dan bisa dinikmati.

Buat saya pribadi, tato itu personal. Dan sesuatu yang personal itu sangatlah subyektif, sehingga gak akan masuk bila didebat dengan logika. Sama halnya dengan orang yang dengan tegas memilih gadget merek tertentu, pakaian jenis tertentu, bahkan agama tertentu. Semua pasti punya alasannya sendiri, yang mungkin dianggap tidak masuk akal oleh orang lain. Apakah itu sah? Tentu! Kan pilihan pribadi gak perlu didebat. Sebagai salah seorang pemilik tato, saya gak akan berpretensi bahwa tulisan saya mewakili para manusia bertato (yang sekarang sering menyebut diri dengan Masberto). Tapi saya yakin bahwa selalu ada alasan dan cerita dibalik sebuah tato. Mungkin banyak yang gak mengira, tapi menurut pengalaman saya, sebagian besar para Masberto itu adalah pribadi yang sentimental, romantis dan reflektif. Berhubung gak banyak orang yang piawai menulis lagu, menulis buku, atau mencurahkan perasaan lewat lukisan, sebagian orang memilih mengekspresikan ide dan perasaan lewat tato.

Nyesel gak sih, masang tato yang bakal nempel selamanya di badan? Justru karena tato gak bakal bisa hilang, makanya jangan sembarangan punya tato. Saya sih gak bangga kalo punya tato dengan alasan asal gahar. Biasanya juga gak disarankan mentato nama orang yg gak punya hubungan darah dengan kita. Iya kalo besok2 gak sebel sama orangnya? Kalo trus besok2 denger namanya aja kena demam berdarah, kan repot kalo namanya nempel selamanya di badan kita? Saya sendiri memutuskan mentato inisial 3 sahabat dan soulmate saya setelah berpikir lamaaaaa dan paaanjaaaang. Tato itu saya buat untuk mengingatkan saya terhadap peran ketiga orang itu di hidup saya. Apapun yg akan terjadi kelak, saya akan selalu ingat bahwa mereka bertiga inilah yang pada satu masa membuat hidup saya berwarna dan berbeda. Menye-menye ya? Emang kok. Saya sudah kehilangan salah satu sahabat saya itu beberapa tahun lalu karena sakit jantung. Setiap kali saya melihat tato ini, saya serasa dibawa kembali ke masa2 yg kami lalui bersama. Buat saya hal itu menenangkan karena rasanya saya gak pernah kehilangan dirinya.

Kalo ditanya orang, saya akan bilang dengan mantap, saya gak pernah nyesel punya tato. Kalo orang menghakimi saya karena gambar di badan saya, ya saya terima aja. Saya gak akan pernah minta maaf atau menyesal karena memilih mengabadikan perasaan saya dalam wujud tato. It's just my way of telling the story of my life. Nothing else.

Share:

0 komentar